Keluarga memiliki beberapa fungsi yang semestinya
berjalan. Ada fungsi ekonomi, tempat anggota keluarga memenuhi
keburuhan ekonominya. Ada fungsi religi dimana keluarga bisa
mendorong anggota keluarganya menjalankan kewajiban agamanya. Ada
fungsi sosial di mana anggota keluarga bisa memiliki status sosial
yang jelas di masyarkat. Fungsi afektif dimana angggota keluaga bisa
mendapatkan perlindungan di dalamnya. Dan juga fungsi rekreatif,
dimana keluarga bisa menjadi menjadi tempat hiburan bagi tiap anggota
keluarganya. Bila fungsi rekreatif ini berjalan berjalan, maka anak
akan merasa betah tinggal di rumah, Istri maupun suami juga
merasa nyaman tinggal di rumah.
Jika salah satu di antara fungsi-fungsi tersebut
tidak berjalan, maka keretakan bahkan kehancuran rumah tangga bisa
terjadi di ujung mata.
Berbicara mengenai fungsi rekreatif, agar dalam
keluarga fungsi ini bisa berjalan tidak harus mengeluarkan biaya yang
banyak. Dengan tetap tinggal di rumah, tanpa pergi ke tempat wisata,
asal kreatif orang tua bisa berperan memberikan hiburan bagi
anak-anaknya.
Sudah masyhur kiranya bahwa Rosulullah Muhammad
SAW yang pernah melakukan lomba lari dengan istrinya. Rosulullah SAW
juga pernah bermain kuda-kudaan dengan cucu beliau.
Bahkan Rosulullah SAW ternyata pernah bersenandung
/ bersyair saat bersama dengan istrinya. Aisyah r.a meriwayatkan, “Seorang bertanya
kepada Aisyah, ‘Apakah Nabi SAW. Pernah melantunkan sebuah syair?’
“Aisyah menjawab, ‘Beliau pernah melantunkan syair Ibnu Rawahah
yang berbunyi, [Waya’tika bil akhbaari man lam tuzawwid] artinya,
“Dan akan datang kepadamu orang membawa kabar tanpa engkau beri ia
bekal” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Bukhari, Ibnu Sa’d, dan Thabrani)
Ini adalah teladan agung dari keluarga agung
Rosulullah. Betapa memberikan hiburan bagi anggota keluarga merupakan
kebutuhan, bahkan untuk mewujudkannya ternyata tidaklah harus dengan
yang biaya yang mahal.
Beberapa cara bisa kita pilih untuk memberikan
hiburan kepada anak-anak. Mulai dari mengajak bermain layang-layang.
Bermain bola di lapangan umum, bersepeda keliling lapangan atau jika
ingin tidak keluar rumah, bisa dengan cara membacakan cerita
inspiratif, bermain karambol, bersenda gurau dengan permainan atau
bermain tebak-tebakan bisa dipilih sebagai sarana hiburan yang murah
tapi efektif mendekatkan hubungan anak dengan orang tuanya.
Berdasarkan pengalaman pribadi, bermain
tebak-tebakkan sangat efektif mendekatkan antar anggota keluarga.
Baik antara orang tua dengan anak maupun anak yang satu dengan anak
yang lainnya. Sekedar berbagi, pada satu kesempatan, di saat
berkumpul dengan anak sembari menikmati makanan kecil, saya pernah
mengajak anak main tebak-tebakan.
“Telor apa yang diinjak tidak pecah?” saya
memberikan pertanyaan.
Kedua anak saya pun berlomba menjawab pertanyaan
tersebut. Ada yang menjawab “Telor plastik”. Ada yang menjawab,
“Telor ajaib”. Namun, jawaban mereka kemudian saya mentahkan.
Begitu saya jawab, ‘Telor yang yang diinjak tidak pecah adalah
Telor Toar” Anak-anak langsung protes tanda tidak setuju. Meski
tidak setutuh, suasana menjadi cair dan akrab dengan wasilah
tebak-tebakan tersebut. Pada kesempatan lainnya, rupanya anak
saya ingin membalas “Dendam”.
Saat kembali berkumpul bersama, anak saya gantian
memberikan pertanyaan “Bi (Ayah), Semut apa yang badannya kecil,
tapi kepalanya gede”. Saya coba jawab, namun ternyata disalahkan
oleh anak saya. Setelah menyerah, akhirnya anak saya menjawab, “Semut
keselek jengkol”. Gelak tawapun pecah, menghangatkan suasana
keluarga. Meski tidak terbayang seperti apa semut makan jengkol
hingga bisa keselek, namun namanya tebak-tebakkan akhirnya diterima
jawaban tersebut dengan legowo. Skor pun berubah 1-1.
Begini cara saya menghangatkan suasana keluarga.
Lantas bagaimana cara keluarga anak menjalankan fungsi rekreatifnya?
Semoga lebih keren dan kreatif lagi.
Allahua'lam
Mabsus Abu fatih
Mabsus Abu fatih
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih berkenan memberikan komentar