Alih Bahasa : Ust. Bahransyah H. Bardi
(Alumni Ponpes Darul Ihya Li’ulumiddin-Bangil-Jatim)
بيان ما هو في حقه صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم سب أَو نقص
من تعريض أَو نص
Penjelasan Tentang Hak Nabi SAW
Dalam Hal Celaan atau Hinaan
baik sindiran atau pun terang-terangan
اعْلَم وفقنا اللَّه وإياك أَنّ جَمِيع من سَبّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم أَو عَابَه أَو ألْحَق بِه نَقْصًا فِي نَفْسِه أَو نَسَبِه أَو دِينه أَو خَصْلَة من خِصَالِه أَو عَرّض بِه أو شبهة بشئ عَلَى طريق السَّبّ لَه أَو الأِزْرَاء عَلَيْه أو التَّصْغِير لِشَأْنِه أَو الْغَضّ مِنْه وَالْعَيْب لَه فَهُو سَاب لَه وَالْحُكْم فِيه حُكْم السَّابّ يقْتَل كَمَا نُبَيّنُه وَلَا نَسْتَثْنِي فَصْلًا من فُصُول هَذَا الْبَاب عَلَى هَذَا المقصد وَلَا يمترى فِيه تصريحا كَان أَو تلويحا
Ketahuilah, mudah-mudahan Allah memberikan taufikNya kepada kami dan engkau, bahwasanya setiap orang yang mencela Nabi saw, atau merendahkan, atau menyandarkan kepada beliau suatu kekurangan, atau kepada nasab beliau, atau kepada agama beliau, atau menyandarkan salah satu dari sifat-sifat beliau, atau memberikan kata-kata sindirian atau kata-kata yang samar dengan tujuan mencela/menjelekkan beliau, atau merendahkan, atau menghina keadaan beliau, maka semua hal tersebut sama dengan mencela (mencaci) beliau, dan hukumnya sama dengan hukuman terhadap orang yang mencaci beliau, yaitu ia dibunuh sebagaimana yang akan kami jelaskan. Dan kami tidak mengecualikan suatu fasal pun dari beberap fasal di bab ini karena tujuan ini (yaitu hukuman bunuh) dan hal ini tidak diragukan lagi, baik jelas maupun samar.
وَكَذَلِك من لعنه أَو دعا عَلَيْه أَو تمنى مضرة لَه أو نسب إليه مَا لَا يليق بمنصبه عَلَى طريق الذم أَو عبث فِي جهَتِه العَزِيزَة بسُخْف مِن الْكَلَام وَهُجْر وَمُنْكَر مِن الْقَوْل وَزُور
Begitupun halnya orang yang mengarahkan laknat kepada beliau atau mendoakan tidak baik atau mengarapkan kemudhoratan kepada beliau atau menyandarkan kepada beliau suatu hal yang tidak layak dengan kedudukan beliau dengan nada menghina atau bermain-main dengan kemulian diri beliau lewat ucapan merendahkan, atau kata- kata rendahan atau kata-kata batil dan kebohongan.
أَو عيره بشئ مِمَّا جَرَى مِن الْبَلَاء والْمِحْنَة عَلَيْه أَو غَمَصَه بِبَعْض الْعَوَارض الْبَشَرِيّة الْجَائِزَة وَالْمَعْهُودَة لَدَيْه
Atau merendahkan beliau sedikitpun lewat apa yang menimpa pada beliau, berupa ujian, cobaan kepada beliau, atau merendahkan beliau lewat sifat-sifat kemanusian yang harus dan sudah dikenal terhadap diri beliau.
وَهَذَا كُلُّه إجْماع مِن الْعُلمَاء وَأئِمَّة الْفَتْوَى من لَدُن الصَّحَابَة رِضْوَان اللَّه عَلَيْهِم إِلَى هَلُمّ جَرّا،
Keputusan hukum ini merupakan kesepakatan ulama dan para tokoh ulama pemberi fatwa semenjak generasi sahabat sampai seterusnya.
قال أبو بكر بن المُنْذر أجْمَع عَوامّ أهلى الْعِلْم عَلَى أن من سَبّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم يُقْتَل وَمِمَّن قَال ذَلِك مَالِك بن أَنَس وَاللَّيْث وَأَحْمَد وإسحاق وَهُو مَذْهَب الشَّافِعِيّ
Abu Bakar bin Almundzir mengatakan :”orang awam dari kalangan ahli ilmu telah sepakat menyatakan bahwa orang yang menghina Nabi saw, hukumnya dibunuh, pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Malik bin Anas, Imam Laits, Imam Ahmad, pendapat ini juga merupakan pendapat mazhab syafi’i.
قَال الْقَاضِي أَبُو الْفَضْل وَهُو مُقْتَضَى قَوْل أَبِي بَكْر الصَّدّيق رَضِي اللَّه عَنْه وَلَا تُقْبَل تَوْبَتُه عِنْد هَؤْلَاء، وَبِمِثْلِه قَال أَبُو حنيفة وأصحابُه والثَّوْرِيّ وَأَهْل الكُوفَة وَالْأَوزَاعِيّ فِي الْمُسْلِمِين لكِنَّهُم قَالُوا: هِي رِدَّة، وَرَوَى مِثْلُه الْوَلِيد بن مُسْلِم عَن مَالِك وحَكَى الطَّبَرِيّ مِثْلُه عَن أَبِي حنيفة وأصحابه فيمن تَنَقَّصَه صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم أَو برئ مِنْه أَو كَذَّبَه و قَال سُحْنُون فيمن سَبَّه: ذَلِك ردّة كَالزَّنْدَقَة
Qodhi Iyad lanjut mengatakan : pendapat tersebut di atas sesuai dengan ucapan Abu Bakar Shiddiq, dan taubatnya tidak diterima menurut para ulama tersebut di atas, pendapat senada juga diutarakan oleh Imam Abu Hanifah serta pengikut beliau, juga para ulama Kufah dan Imam ‘Auza’i mengenai pelaku- pelakunya yang muslim, akan tetapi mereka mengatakan, perbuatan tersebut merupakan kemurtadan/langsung murtad, pendapat senada juga diriwayatkan oleh Alwalid bin Muslim dari Malik. Imam Thobari juga menghikayatkan dari Abu Hanifah dan pengikut-pengikut beliau terhadap orang yang menghina Nabi saw, atau berlepas dari beliau atau mendustakan beliau.
وَعَلَى هَذَا وَقَع الخِلَاف فِي استنابته وتَكْفِيرِه وهل قَتْلُه حَد أَو كُفْر كَمَا سَنُبَيَّنُه فِي الْبَاب الثاني أن شَاء اللَّه تَعَالَى، وَلَا نَعْلَم خِلَافًا فِي اسْتِبَاحَه دَمِه بَيْن عُلَمَاء الأمْصَار وَسَلَف الْأُمَّة وَقَد ذَكَر غَيْر وَاحِد الإجْمَاع على قَتْلِه وَتَكْفِيرِه وأشَار بَعْض الظَّاهِرِيَّة وَهُو أَبُو مُحَمَّد عَلِيّ بن أَحْمَد الفارسيّ إِلَى الخِلَاف فِي تَكْفير المسخف بِه وَالْمَعْرُوف مَا قَدَّمْنَاه
Dengan dasar inilah, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apa perlu diminta bertaubat atau langsung dianggap kafir, dan apakah hukum bunuh terhadapnya merupakan hukuman hadd atau sebagai hukum kekafirannya, sebagaimana yang akan kami jelaskan di bab kedua insya Allah. Dan kami tidak mengetahui perbedaan pendapat di kalangan ulama, sekarang dan dulu, mengenai kebolehan atau tidaknya menumpahkan darahnya (mereka sepakat wajib dibunuh). Dan sesungguhnya tidak hanya satu ulama yang menyebutkan kesepakatan ulama mengenai hukum bunuh dan dianggap kafir terhadap orang yang menghina Nabi saw. Salah satu ulama mazhab dzohiry, yaitu Abu Muhammad Ali bin Ahmad Alfarisy mengisyaratkan mengenai khilaf mengenai kafirnya orang yang menghina Nabi saw, namun pendapat yang masyur (dalam mazhab maliki) adalah pendapat yang telah kami kemukakan.
قَال مُحَمَّد بن سُحْنُون أجْمَع الْعُلمَاء أَنّ شَاتِم النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم الْمُتَنَقّص لَه كَافِر وَالْوَعِيد جَار عَلَيْه بِعَذَاب اللَّه لَه وَحُكْمُه عند الأمة قتل وَمِن شَكّ فِي كُفْرِه وَعَذَابِه كَفَر،
Imam Muhammad bin Suhnun mengatakan : para ulama sepakat bahwa orang yang mencela, menghina Nabi saw, ia telah menjadi kafir, ia akan mendapat azab dari Allah, dan hukumanya dari umat adalah dibunuh, dan siapapun yang meragukan kekafiranya serta azab yang akan menimpanya, maka orang itu juga telah kafir.
وَاحْتَجّ إبْرَاهِيم بن حُسَيْن بن خَالِد الْفَقِيه فِي مِثْل هَذَا بِقَتْل خَالِد بن الْوَلِيد مَالِك ابن نُوَيْرَة لِقَوْلِه عَن النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم صَاحِبُكُم،
Ibrahim bin Husin bin Khalid Alfaqih berargumen mengenai orang seperti ini, yaitu dengan adanya hukum bunuh yang dilakukan oleh Khalid bin Alwalid terhadap Malik bin Nuwairah karena ucapannya “Temanmu itu” yang dilontarkannya terhadap Nabi saw.
وَقَال أَبُو سُلَيْمَان الخطَّابِيّ لَا أَعْلَم أَحَدا من الْمُسْلِمِين اخْتُلِف فِي وُجُوب قَتْلِه إذَا كَان مُسْلِمًا،
Abu Sulaiman Alkhottaby mengatakan : saya tidak mengetahui adanya seorang pun dari kalangan Islam yang berbeda pendapat mengenai kewajiban membunuh penghina Nabi saw, apabila ia seorang muslim.
وَقَال ابن الْقَاسِم عَن مَالِك فِي كِتَاب ابن سَحْنُون وَالْمَبْسُوط وَالْعُتْبَيّة وَحَكَاه مُطَرَّف عَن مَالِك فِي كِتَاب ابن حبيب من سَبّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم مِن الْمُسْلِمِين قُتِل وَلَم يُستَتَب،
Ibnul Qosim mengatakan : dari Malik di kitab Ibnu Suhnun dan Almabsuth dan Al Utbiyyah serta dihikayatkan oleh Muthorrif dari Malik di kitab Ibnu Habib, siapa yang mencela Nabi saw, dari orang Islam, maka hukumannya ia dibunuh dan tidak perlu diminta untuk bertaubat.
قَال ابن الْقَاسِم فِي الْعُتْبِيَّة من سَبَّه أَو شَتَمَه أَو عَابَه أَو تَنَقَصَّه فَإنَّه يُقْتَل وَحُكْمُه عِنْد الْأُمَّة الْقَتْل كَالزَّنْدِيق وَقَد فَرَض اللَّه تَعَالَى تَوْقِيرَه وَبرَّه
Ibnu Qosim dalam Al Utbiyyah mengatakan : siapa saja yang mencaci, merendahkan atau menghina Nabi saw, maka ia dibunuh dan hukumnya menurut para ulama adalah dibunuh seperti halnya kafir zindiq, dan sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk menghormati dan berbakti kepada Nabi saw.
وَفِي الْمَبْسُوط عَن عُثْمَان بن كِنَانَة من شَتَم النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم مِن الْمُسْلِمِين قُتِل أَو صُلِب حَيًّا وَلَم يُسْتَتَب، والْإِمَام مُخَيّر فِي صَلْبِه حَيًّا أَو قَتْلِه، وَمِن رِوَايَة أَبِي الْمُصْعَب وَابْن أَبِي أوَيْس سمعنا مالِكًا يَقُول: مَنْ سَبَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ شَتَمَهُ أَوْ عَابَهُ أَوْ تَنَقَّصَهُ قُتِلَ: مُسْلِمًا كَانْ أَوْ كَافِرًا وَلَا يُسْتَتَابُ،
Dalam kitab Almabsuth dari Usman bin Kinanah, siapa saja yang mencela Nabi saw, dari kalangan muslim, maka ia dihukum langsung bunuh atau disalib dalam keadaan hidup kemudian dibunuh dan tidak perlu diminta bertaubat, sedangkan si penguasa yang berwenang disuruh memilih untuk disalib hidup kemudia dibunuh atau membunuh langsung. Dari riwayat Abu Mush’ab, Ibnu Abi Uwais, kami mendengar Imam Malik berkata : siapa yang saja yang mencela atau mengejek atau merendahkan atau menghina Nabi saw, maka hukumnya dibunuh, baik kafir atau muslim, dan tidak perlu diminta bertaubat.
وَفِي كِتَاب مُحَمَّد أَخْبَرَنَا أَصْحَاب مَالِك أنَّه قَال: من سَبّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم أَو غَيْرِه مِن النَّبِيّين من مُسْلِم أَو كَافِر قُتِل وَلَم يُسْتَتَب، وَقَال أصْبَغ، يُقْتَل عَلَى كُلّ حَال أسَرّ ذَلِك أو أظهره وَلَا يُسْتَتَاب لِأَنّ تَوْبَتَه لَا تُعْرَف،
Di dalam kitab Muhammad, disebutkan, telah mengkabarkan kepada kami para murid Imam Malik, bahwa beliau berkata : siapa saja yang mencela Nabi saw, atau pun Nabi selain beliau, maka ia dihukum bunuh dan tidak perlu diminta bertaubat, baik muslim ataupun kafir. Imam Ashbag mengatakan : orang tersebut dibunuh dalam keadaan apapun, baik secara sembunyi ataupun terang-terangan dalam melakukan celaan tersebut, tidak perlu diminta bertaubat, karena taubat adalah hal yang tidak bisa diketahui.
وَقَال عَبْد اللَّه بن عَبْد الْحَكم من سَبّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم من مُسْلِم أو كافر قُتِل وَلَم يستتب
Abdullah bin Abdul Hakam berkata : siapa saja dari orang Islam atau kafir, yang mengejek Nabi saw, maka hukumnya dibunuh, dan tidak usah diminta bertaubat.
وَحَكَى الطَّبَرِيُّ مثله عَن أشْهَب عَن مَالِك، وَرَوَى ابن وَهْب عَن مَالِك من قال إن رداء النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم - وَيُرْوَى زِرّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم - وَسِخ أرَاد بِه عَيْبَه قُتِل،
At Thobari meriwayatkan hal senada dari Asyhab dari Malik. Dan Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik, beliau berkata : siapa saja yang berkata “sesungguhnya selendang atau kancing baju Nabi saw, kotor”, ucapan itu ia maksudkan untuk mengejek Nabi saw, maka hukumannya orang ini adalah dibunuh.
وَقَال بَعْض عُلَمَائِنَا أجْمَع الْعُلمَاء عَلَى أَنّ من دَعَا عَلَى نَبِيّ من الأنبياء بالويل أو بشئ مِن الْمَكْرُوه أنَّه يُقْتَل بِلَا اسْتِتَابَة
Sebagian ulama kami (Maliky) berkata : para ulama sepakat bahwa orang yang mendoakan tidak baik terhadap satu dari para Nabi, bahwa hukumannya adalah dibunuh tanpa diminta untuk bertaubat.
وَأفْتى أَبُو الْحَسَن القابِسيّ فِيمَن قَال فِي النبي صلى الله عليه وسلم الْجَمَّال يَتِيم أَبِي طَالِب بالْقَتْل،
Abul Hasan Alqobisi memfatwakan hukum bunuh terhadap orang yang mengatakan mengenai Nabi saw, tukang onta, anak yatimnya Abu Thalib.
وَأفْتى أَبُو مُحَمَّد بن أَبِي زيد بِقَتْل رَجُل سَمِع قَوْمًا يَتَذَاكَرُون صِفَة النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم إِذ مر بِهِم رَجُل قَبِيح الْوَجْه وَاللَّحْيَة فَقَال لَهُم تُريدُون تَعْرفُون صِفَتَه هي فِي صِفَة هَذَا الْمَارّ فِي خَلْقِه وَلِحْيَتِه قال ولا تقبل توبته وَقَد كَذَب لَعَنَه اللَّه وَلَيْس يخرج من قلب سُلَيْم الْإِيمَان
Abu Muhammad bin Abu Zaid memfatwakan hukum bunuh terhadap seorang lelaki yang mendengar suatu kaum membicarakan mengenai sifat Nabi saw, lalu saat itu ada lewat seorang lelaki lain lagi yang wajah dan janggutnya jelek, lalu si lelaki yang mendengar tersebut berkata kepada kaum itu : itu yang kalian maksud, kalian mengetahui sifatnya, sifat tubuh dan jenggotnya ya ada pada lelaki yang lewat tadi. Abu Muhammad mengatakan : taubatnya tidak diterima, ia telah berbohong, Allah telah melaknatnya, ucapan seperti itu tidak akan keluar dari seorang yang hatinya memiliki keimanan yang benar.
وَقَال أَحْمَد بن أَبِي سليمان صاحب سحنون من قَال إنّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم كَان أسْوَد، يُقْتِل،
Ahmad bin Abu Sulaiman, murid Sahnun, berkata : siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi saw berkulit hitam, maka hukumannya ia dibunuh.
وَقَال فِي رَجُل قِيل لَه لَا وحق رَسُول اللَّه، فَقَال فعل اللَّه برسول اللَّه كذا - وَذَكَر كَلَامًا قَبِيحًا - فَقِيل لَه مَا تَقُول يَا عدو اللَّه؟ فَقَال أشد من كلامه الأول ثُمّ قَال: إنَّمَا أرَدْت برسول اللَّه الصعق فَقَال ابن أَبِي سُلَيْمَان للذي سَألَه أشْهَد عَلَيْه وَأَنَا شَرِيكُك، يريد فِي قتله وثواب ذَلِك.
Ibnu Abu Sulaiman berkata mengenai seorang lelaki yang dibantah oleh orang lain dengan jawaban, “tidak, demi kemuliaan Rasulullah,” laki2 itu lalu menjawab “Allah telah melakukan suatu hal kepada Rasulullah begini (dengan menyebut hal2 yang tidak baik), kemudian dijawab lagi, “apa yang anda ucapkan wahai musuh Allah?”, lelaki itu menjawab lagi dengan jawaban yang lebih jelek lagi dari jawaban yang pertama, lalu kemudian ia berkata menjelaskan maksud ucapannya Rasulullah, “Yang saya maksud dengan Rasulullah adalah petir. Maka Ibnu Abu Sulaiman menjawab mengenai pertanyaan di atas, “jadilah engkau saksi untuk hukuman bunuhnya, dan aku bersama engkau akan mendapatkan pahalanya”.
قَال حبيب بن أبى الربيع لِأَنّ ادَّعَاء التأويل فِي لفظ صراح لَا يقبل لأنه استهان وَهُو غَيْر معزر لرسول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم وَلَا موقر لَه فوجب إباحة دمه، و
Habib bin Abu Robi berkata : karena pengakuan pentakwilan lafaz yang memilki makna yang jelas, tidak bisa diterima, sebab ucapan demikian merupakan penghinaan terhadap Rasulullah saw, dan si pengucapnya tidak menghormati dan tidak mengagungkan Rasulullah saw, maka wajiblah menumpahkan darahnya.
أفتى أَبُو عَبْد اللَّه بن عتاب في عشار قَال لرجل أد واشْك إِلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم وَقَال إن سَأَلْت أَو جَهِلْت فقد جَهِل وسَأل النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم: بالْقَتْل
Abu Abdullah bin Attab berfatwa hukum bunuh mengenai petugas cukai yang berkata kepada seseorang, “bayar pajakmu dan keluhkan kepada Nabi, jika saya bertanya dan saya tidak tahu, maka Nabi juga tidak tahu dan bertanya.”
وَأفْتى فُقَهَاء الأنْدَلُس بِقَتْل ابن حَاتِم المُتَفَقَّة الطُّلَيْطُلِيّ وَصَلْبِه بِمَا شُهد عَلَيْه بِه مِن اسْتِخْفَافِه بحَقّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم وَتَسْمِيَتِه إيَّاه أثْنَاء مُنَاظَرَتِه باليَتِيم وَخَتَن حَيْدَرَة وَزَعْمِه أَنّ زُهْدَه لَم يَكُن قَصْدًا وَلَو قَدَر عَلَى الطَّيّبَات أكَلَهَا إلى أشْبَاه لهذا،
Para ahli fiqih Andalus memfatwakan hukum bunuh dan disalib terhadap Ibnu Hatim Ahli Fiqih At Thulaithuly, karena ia telah melakukan penghinaan kepada Nabi saw, dan saat ia berdebat, ia menamakan Nabi saw sebagai mertua khaidarah (singa/gelar Ali bin Abu Tahalib ra), serta Ibnu Hatim berkedugaan bahwa zuhudnya Nabi saw karena terpaksa, dan andaikata Nabi mampu untuk mengkonsumsi makanan yang lezat pasti Nabi saw akan memakannya, serta hal-hal lain lagi yang menggambarkan penghinaan terhadap Nabi saw.
وأفنى فُقَهَاء القيرَوَان وَأَصْحَاب سُحْنُون بِقَتْل إبْرَاهِيم الفَزَارِيّ وَكَان شاعِرًا مُتَفَنَّنًا فِي كثير مِن العُلُوم وَكَان مِمَّن يَحْضُر مَجْلِس الْقَاضِي أَبِي الْعَبَّاس بن طَالِب لِلْمُنَاظَرَة فَرُفِعَت عَلَيْه أُمُور مُنْكَرَة من هَذَا الْبَاب فِي الاسْتِهْزَاء بالله وَأنْبِيَائِه وَنِبَيَّنَا صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم فأحْضَر لَه الْقَاضِي يَحْيَى بن عُمَر وَغَيْرُه مِن الفُقَهَاء وَأَمَر بِقَتْلِه وَصَلْبِه فَطُعِن بالسَّكّين وَصُلِب مُنَكّسًا ثُمّ أُنْزِل وَأُحْرِق بالنَّار،
Para ulama ahli fiqih Qoirawan serta para murid Sahnun memfatwakan hukum bunuh terhadap Ibrahim Alfazary, ia adalah seorang penyair dan menguasai banyak ilmu pengetahuan (sastra dan logika), ia juga termasuk yang ikut serta dalam majlis Alqodhi Abu Abbas bin Thalib untuk mengadakan debat, kemudian dilaporkan ke pengadilan mengenai hal-hal keji Alfazary, mengenai ejekkannya terhadap Allah dan para Nabi serta Nabi kita saw, lalu Alqodhi Yahya bin Umar dan para ahli fiqih yang lain memerintahkan agar Alfazary dihadirkan di pengadilan dan dijatuhi hukuman bunuh serta disalib, kemudian Alfazary ditusuk dengan pisau dan disalib posisi terbalik, lalu jasadnya diturunkan dan dibakar.
وَحَكَى بَعْض المؤرخين أنَّه لَمّا رفعت خشبته وزالت عَنْهَا الأيدي استدارت وحولته عَن القبلة فكان آية للجميع وكبر النَّاس، وجاء كلب فولغ فِي دمه فَقَال يَحْيَى بن عُمَر صَدَق رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عليه وسلم وذكر حديثا عنه صلى الله عليه وسلم أنه قَال: (لَا يَلَغُ الْكَلْبُ فِي دَمِ مُسْلِمٍ)
Sebagian ahli sejarah menceritakan, bahwasanya tatkala kayu penyalibnya diangkat dan lepas dari tangan-tangan orang, kayu itu berputar dan merubah posisi Alfazary membelakangi kiblat, maka hal tersebut merupakan tanda yang tampak dilihat orang banyak, dan orang-orang pun bertakbir. Kemudian datang seekor anjing dan menjilati darahnya. Lalu Yahya bin Umar berkata : sungguh benar Rasulullah saw, Yahya lalu menyebut sebuah hadis yang berbunyi : “anjing tidak akan menjilati darahnya orang muslim”. (Para ulama mengatakan hadis ini maudhu).
وَقَال الْقَاضِي أَبُو عَبْد اللَّه بن المُرَابِط: من قَال إن النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم هُزم يُسْتَتَاب فَإِنّ تَاب وإلا قتل لأنه تَنقيص إِذ لَا يَجُوز ذَلِك عَلَيْه فِي خاصّتِه إِذ هُو عَلَى بَصِيرَة من أمْرِه وَيَقِين من عِصْمَتِه،
Alqodhi Abu Abdillah bin Almurobiht berkata : siapa saja yang berkata : sesungguhnya Nabi saw kalah, maka ia diminta bertaubat, maka jika ia bertaubat, diterima taubatnya, namun jika tidak bertaubat, maka dilaksanakan hukum bunuh, karena ucapan tersebut merendakan kemulian Nabi saw, sebab kekalahan tidak mungkin terjadi pada pribadi Nabi saw, karena beliau sangat mengerti terhadap urusan beliau serta beliau sangat yakin terhadap ke ismah an (terpeliharanya) beliau,
وَقَال حبيب بن ربيع القرويّ: مَذْهَب مَالِك وأصحابه أن من قَال فِيه صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم مَا فِيه نَقْص قُتِل دون اسْتِتَابَة،
Habib bin Robi Alqorawi berkata : pendapat imam Malik dan pengikutnya adalah bahwa siapa saja yang mengucapkan terhadap Nabi saw “Dalam dirinya tidak ada sedikitpun kekurangan (dengan nada meremehkan)”, maka hukumnya dibunuh tanpa diminta bertaubat.
وَقَال ابن عَتَاب: الْكِتَاب والسُّنَّة مَوجِبَان أَنّ من قَصَد النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم بِأذى أو نَقْص مُعَرَضًا أَو مُصَرَّحًا وإن قَلّ فَقَتْلُه وَاجِب،
Ibnu Attab berkata : Al Qur’an dan Sunnah mewajibkan bahwa siapa yang sengaja mengganggu atau menyebut kekurangan Nabi saw tersurat maupun tersirat, meskipun sedikit, maka ia wajib dijatuhi hukuman bunuh.
فَهَذَا الْبَاب كُلُّه مِمَّا عده الْعُلمَاء سَبًّا أَو تَنَقُّصًا يجب قَتْل قائِلِه لَم يَخْتَلف فِي ذَلِك مُتَقَدّمُهُم وَلَا متأخرهم وَإِنّ اخْتَلَفُوا فِي حُكْم قَتْلِه على مَا أشَرْنا إليه وَنُبَيّنُه بَعْد
Maka bab ini semua, yaitu hal-hal apa saja yang telah dikatagorikan ulama sebagai penghinaan terhadap Nabi saw, maka pelakunya wajib dibunuh, keputusan ini telah disepakati ulama (dari kalangan mazhab maliki), baik dahulu atau sekarang, meskipun ulama berbeda pendapat mengenai hukum bunuhnya, (apakah perlu diminta bertaubat atau tidak, atau dianggap tetap muslim ataukah menjadi kafir), sesuai yang telah kami isyratkan di atas dan akan kami jelaskan nantinya.
وَكَذَلِك أقُول حُكْم من غَمَصَه أَو غَيْرِه بِرعَايَة الغَنَم أَو السَّهْو أَو النَّسْيَان أَو السَّحْر أَو مَا أصَابَه من جُرْح أَو هَزِيمَة لِبَعْض جُيُوشِه أَو أذى من عدوه أَو شدة من زمنه أَو بالميل إِلَى نسائه فحكم هَذَا كُلُّه لِمَن قصد بِه نقصه القتل وَقَد مضى من مذاهب الْعُلمَاء فِي ذَلِك ويأتي مَا يدل عَلَيْه.
Begitu juga saya katakan mengenai hukuman orang yang mencela atau menghina Nabi saw dengan kata-kata “pengembala kambing, atau lalai atau lupa atau sihir atau terluka atau kalahnya sebagaiam tentara beliau, atau diganggu musuhnya atau mengalami masa sulit atau suka wanita, maka hukum orang yang mengucapkan ini semua dengan sengaja merendahkan Nabi saw, maka hukumnya dibunuh, dan telah lewat keterangan di atas mengenai pendapat para ulama apakah diminta bertaubat atau dianggap kafir (namun tetap berlaku hukum bunuh) dan akan datang jawabannya.
و الله أعلم بالصواب
Banjarmasin, 23 Nopember 2019
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih berkenan memberikan komentar