Blog Mabsus Abu Fatih

31 Desember 2015

Kembalinya Khilafah Menurut Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah

SEBELUMNYA, di web saya ini, telah dimuat tulisan Kembalinya Khilafah Minhajin Nubuwah Menurut Syech Yusuf Qaradhawi. Dan alhamdulillah mendapatkan respon sangat baik dari pembaca, dilihat dari banyaknya pembaca yang membagikan tulisan tersebut. Melengkapi tulisan tersebut, pada kesempatan kali ini saya ingin mengangkat pandangan ulama lain yang juga mempercayai kembalinya kekhilafahan. Ulama yang saya angkat pendapatnya kali ini adalah Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah dalam bukunya Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci[1] terbitan Tiga Serangkai Solo yang merupakan terjemahan dari kitab Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam terbitan Dar As-Salam li Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr, Kairo.
Sebelum mengangkat pendapat beliau terkait kembalinya khilafah, perlu kiranya saya jelaskan sedikit tentang gambaran buku tersebut. Dengan tebal sekitar 464 halaman, buku Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci membahas tanda-tanda datangnya hari kiamat yang terbagi ke dalam 3 pokok bahasan.
Share:

27 Desember 2015

Belajar Ukhuwah Kepada Syaikh Taqiyuddin dan Syaikh Sayyid Qutb

Ukhuwah. Begitu mudah diucapkan, namun terkadang sulit untuk diamalkan. Ukhuwah sesama muslim dalam satu pergerakan atau satu kelompok, barangkali mudah dilaksanakan. Namun, begitu berhadapan dengan orang yang berasal dari kelompok berbeda, tidak jarang kamus ukhuwah menjadi hilang.

Riwayat berikut ini semoga bisa menjadi pelajaran penting bagi kita dalam belajar berukhuwah.

Dituturkan, bahwa as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pernah bertemu dengan as-Syaikh hasan al-Banna, Mursyid sekaligus Pendiri Jama’ah Ikhwanul Muslimin. Beliau berkata, “Sungguh saya mendapatkan as-Syaikh Hasan al-Banna seorang yang alim, cerdas, serius dan bersungguh-sungguh.” Beliau mendengarkan dan berdialog dengannya. Hanya saja, beliau tidak menemukan apa yang dicita-citakannya ada pada jalan yang dirancang oleh as-Syaikh Hasan al-Banna, meski beliau tetap menghargai dan menghormati kerja kerasnya, serta Jama’ah yang didirikannya. Sebab, metode as-Syaikh Taqiyudin an-Nabhani adalah jauh dari tindakan mencaci, menghina dan mencela lembaga atau orang yang berjuang untuk Islam. (Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Al Azhar Fresh Zone Publishing, Bogor, 2012, Hal. 94)
Share:

16 Desember 2015

Kembalinya Khilafah Minhajin Nubuwah Menurut Syech Yusuf Qaradhawi

Alhamdulillah, seiring bergilirnya waktu, kian bertambah umat yang meyakini Khilafah sebagai solusi atas berbagai problematika yang mendera umat tiada henti. Penyerangan gaza oleh zionis terlaknat saat ini misalnya, membuktikan bahwa hanya khilafahlah yang bisa membebaskan kaum muslimin Palestina. Dukungan umat semakin membesar karena umat semakin sadar bahwa kembalinya khilafah adalah janji Allah dan Rosulnya. Keyakinan mereka _akan kembalinya khilafah_ semakin kokoh manakala didukung oleh pendapat para ulama yang ikhlas. Syeck Yusuf Qaradhawi adalah salah satu ulama yang mempercayai kembalinya khilafah Islamiyah. Tidak percaya?
Share:

Inilah Daftar Lembaga Penerbitan Syi’ah di Indonesia

Jika sekilas melihat gambar buku Ulumul Quran di samping, sebagian dari kita mungkin tidak menyangka kalau buku Ulumul Quran tersebut adalah keluaran Syi’ah. Dan memang demikianlah faktanya. Bukut tersebut saya beli untuk melengkapi tugas kuliah dan tidak mengira bahwa buku tersebut ternyata adalah karangan ulama Syiah. Saya ketahui belakangan setelah membaca buku dan riwayat penulisnya.
Buku Ulumul Quran Syiah
Bermula dari itulah, agar tidak terkecoh untuk kedua kalinya, saya mencoba mencari referensi terpercaya yang bisa memberikan informasi tentang daftar penerbit dari kalangan Syi’ah.

Alhamdulillah, bi idznillah, hari Ahad 2 tahun yang lalu (15 Desember 2013) saya diundang oleh K.H Nur Kholis, pengasuh majelis ta’lim di 41 Majelis Ta’lim di Tangerang dalam sebuah acara bernama “Dauroh Asaatidz se-Tangerang”. Usai acara, setiap peserta diberi hadiah buku yang diantaranya adalah buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia yang merupakan buku panduan dari Majelis Ulama Indonesia. Di dalam buku tersebut itulah saya mendapatkan informasi yang saya butuhkan, informasi tentang daftar penerbit Syi’ah di Indonesia.
Berikut Daftar Lembaga Penerbitan Syi’ah di Indonesia:
  1. Bulletin Al-Jawad, Bandung
  2. Bulletin Al-Ghadir
  3. Bulletin Al-Tanwir
  4. Jurnal Al-Huda
  5. Majalah Al-Hikmah
  6. Majalah Al-Huda, diterbitkan oleh ICC-Jakarta
  7. Majalah Al-Mawaddah
  8. Majalah Al-Musthafa
  9. Majalah Yaum Al-Quds
  10. Penerbit Al-Baqir
  11. Penerbit Al-Bayan
  12. Penerbit al-Hadi
  13. Penerbit Al-Jawad
  14. Penerbit Al-Muntazhar
  15. Penerbit As-Sajjad
  16. Penerbit Al-Tsaqalain
  17. Penerbit CITRA
  18. Penerbit CV Firdaus
  19. Penerbit Duta Ilmu
  20. Penerbit Gua Hira
  21. Penerbit ICC al-Huda
  22. Penerbit Mahdi
  23. Penerbit MIZAN
  24. Penerbit Majelis Ta’lim Amben
  25. Penerbit Mulla Shadra
  26. Penerbit Muthahhari Press
  27. Penerbit Pintu Ilmu
  28. Penerbit Pustaka Hidayah
  29. Penerbit Qonaah
  30. Penerbit Risalah Masa
  31. Penerbit Ulsa Press
  32. Penerbit YAPI Jakarta
  33. Penerbit Yayasan Safinatun Najah
Sumber : Buku Panduan Majelis Ulama Indonesia Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, Jakarta, Al-Qalam, 2013. Hal. 79-80.
Penulis Buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia:
  1. Dr. (H.C.) K.H Ma’ruf Amin
  2. Prof. Dr. Yunahar Ilyas, M.A.
  3. Drs. H. Ichwan Sam
  4. Dr. Amirsyah T, M.A
  5. Prof. Dr. Mohammad Baharun (Editor Ahli) 
Demikian semoga bermanfaat.

16 Desember 2015


Mabsus Abu Fatih
Share:

25 September 2015

Dosa Apakah yang Diampuni dengan Puasa Arofah?

ALHAMDULILLÂH atas nikmat panjang umur yang diberikan Allâh Subhanahu Wa Ta’âlâ sehingga kita bisa bertemu dengan Hari Raya Idul Adha tahun ini. Kebahagian Idul Adha tentu dirasakan berkali lipat oleh saudara-saudara kita yang merayakannya di tanah suci bersamaan dengan pelaksanaan ibadah mulia nan agung, Ibadah Haji. Semoga kita yang belum bisa merasakan nikmatnya Idul Adha bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji_termasuk penulis, bisa melaksanakannya di tahun-tahun mendatang. Âmîn yâ robbal ‘âlamîn.
Bagi  kita yang tidak atau belum bisa melaksanakan Ibadah Haji, punya kesempatan untuk menambah amal sholeh dengan melaksanakan Ibadah Kurban. Disamping itu juga bisa dengan melaksanakan Puasa Arafah, puasa pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah yang bertepatan dengan pelaksaan wukuf di arofah. 
Share:

5 September 2015

Pandangan Ulama Sunni tentang Syiah

ritual sesat syiah
Di dalam buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia yang dikeluarkan oleh Tim Penyusun MUI Pusat, (Al Qalam, 2013) hal. 16 – 17 dikutip pendapat Dr. Ali Muhammad ash-Shallabi yang bersumber pada buku Khawarij dan Syi’ah dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, (Pustaka Al-Kautsar, 2011) hal. 146, sebagai berikut:
Para ulama pakar perbandingan aliran Islam mencatat bahwa Syi’ah itu ada tiga jenis golongan: 

Pertama, Syi’ah ‘Ghaliyah’ atau ‘Ghulat’ yang berpandangan esktrem seputar Ali bin Abi Thalib r.a. sampai pada taraf menuhankan Ali atau menganggapnya nabi. Kelompok ini sangat jelas kesesatan dan kekafirannya. 

Kedua, Syiah ‘Rafidhah’ yang mengklaim adanya nash/teks wasiat penunjukkan Ali sebagai khalifah dan berlepas diri dari, bahkan mencaci dan mengkafirkan, para khalifah sebelum Ali dan mayoritas para sahabat nabi.Kelompok ini telah meneguhkan dirinya ke dalam sekte Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyah. Tetapi secara umum tidak mengafirkan mereka. 
Pandangan Ulama Sunni tentang Syiah
Ketiga, Syi’ah Zaidiyah, yaitu para pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang mengutamakan Ali r.a. atas sahabat lain dan menghormati serta loyal kepada Abu Bakr dan Umar r.a. sebagai khalifah yang sah.
Di halaman yang sama (hal. 17) dari buku tersebut juga disebutkan : “Umumnya ulama Sunni menerima madzhab Zaidiyah, terutama dalam fiqih dan hadits, seperti penerimaan kitab Naylu al-Awthar (syarah hadits) dan Irsyad al-Fuhul (ushul fiqih) karya Imam as-Syaukani dan Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram karya Imam ash-Shan’ani.”
Allahua’lam bi ash-showaab.
Mabsus Abu Fatih
Share:

18 Agustus 2015

Anak Tidak Mirip Ayah dan Ibunya, Ini Penjelasan Nabi

Anak Tidak Mirip Ayah Ibu
islampos.com – PADA umumnya, seorang anak memiliki kemiripan wajah dengan salah satu dari kedua orang tuanya. Bahkan ada yang mirip dengan kedua orang tuanya sekaligus dari sisi wajah dan gayanya. Ada yang wajahnya mirip ibu, sementara gaya berjalannya mirip ayah. Ada yang matanya mirip sang ayah, sementara dagunya mirip sang ibu. Ada juga yang wajah dan gayanya hanya mirip sang ibu atau sang ayah saja

Untuk tipe yang terakhir, Fatimah binti Rosulillah barangkali adalah contoh yang tepat. Menurut Aisyah Rodhiyallahu Anha, Fatimah sangat mirip dengan ayahnya, Rosulullah Muhammad Shollahu ‘alaihi wasallam baik dari sisi wajah maupun gaya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya
Dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, beliau berkata, “Aku tidak melihat orang yang paling mirip dengan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wasallam wajah dan gayanya selain Fathimah”.
Dalam Shahih Bukhori no. 3623 dan Muslim 2450 juga didapat keterangan bahwa gaya berjalan Fathimah mirip dengan Rosulullah. Dari ‘Aisyah: “Fathimah berjalan seperti jalannya Rasulullah
Namun, tidak semua anak mirip dengan ayah atau ibunya. Ada anak yang wajahnya berbeda dengan ayah maupun ibunya. Jika menemui anak yang tidak mirip dengan ayah atau ibunya, bisa jadi di antara kita ada yang meragukan sang anak sebagai anak kandung dari kedua orang tuanya, yang secara tidak langsung kita menuduh bahwa sang anak adalah hasil dari perbuatan zina. Naudzubillahi min dzalika.
Padahal ada kemungkinan lain, dan kemungkinan ini lebih selamat karena ditunjukkan oleh as-Sunnah dan sejarah para nabi.
Ketika ada seorang lelaki yang datang menghadap Nabi dan meragukan anak yang dilahirkan istrinya, Nabi yang mulia menyatakan bahwa sang anak tidak mirip dengan ayah atau ibunya karena bisa jadi mirip dengan paman atau kakeknya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, berkata “Seorang lelaki dari Bani Fazarah mendatangi Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata, ‘Istriku telah melahirkan anak yang berkulit hitam.’” Nabi berkata, “Apakah kamu punya unta?” “Ya” jawab laki-laki itu. “Apa warnanya?” tanya Nabi. “Merah”, jawabnya. “Apakah di antara anaknya ada yang berwarna hitam?” tanya Rasulullah. “Ya ada”, jawabnya. “Dari mana datangnya? Tanya Nabi. “Mungkin mirip dengan kakeknya atau pamannya.” (HR Bukhori 684 dan Muslim 1500).
Bukti lain bahwa anak bisa saja tidak mirip dengan orang tuanya tetapi mirip dengan kakek atau neneknya juga dibuktikan oleh sejarah para nabi. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Mustofa al-Adawi misalnya, “Yusuf ‘Alaihissalam, seorang nabi yang dianugerahi ketampanan yang luar biasa sehingga dikatakan bahwa beliau ini diberi ketampanan separuh ketampanan manusia di alam ini. Ternyata Yusuf ini adalah cucu dari seorang wanita tercantik pada zamannya, yaitu Sarah.” (Syaikh Musthofa Al Adawi, Tarbiyatul Abna’ Bagaimana Nabi SAW Mendidik Anak, Media Hidayah, Jogjakarta, 2005. Hal. 55)
Cucu yang dimaksud oleh Syaikh Mustofa al-Adawi adalah cicit menurut bahasa kita. Hal ini karena menurut Jihad Muhammad Hajjaj yang bersumber dari Qashashu al-Anbiya, hlm. 222, Nabi Ishaq‘alaihissalam yang merupakan anak dari Nabi Ibrohim ‘Alaihissalam dan Sarah, menikah dengan Ribka binti Betwaeil. Dari pernikahan dengan Ribka itulah terlahir Esau dan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam yang merupakan ayah dari Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. (Jihad Muhammad Hajjaj, Umur & Silsilah Para Nabi, Qisthi Press, Jakarta, 2010. Hal. 79)
Jadi, jika kita melihat ada anak yang tidak mirip dengan ayah atau ibunya, sebaiknya tidak berburuk sangka apalagi menuduh bahwa sang anak adalah hasil perzinaan. Karena bisa jadi, sang anak tidak mirip ayah ibunya tetapi mirip dengan paman, kakek, bibi, nenek, bahkan buyutnya. Meski pada saat yang sama, orang tua juga harus menjaga diri dari pergaulan bebas sekuler yang merusak, agar nasabnya benar-benar terjaga. Allahua’lam bi showaab. []Mabsus Abu Fatih

https://www.islampos.com/anak-tidak-mirip-ayah-dan-ibunya-ini-penjelasan-nabi-205040/
Share:

6 Agustus 2015

KultuWeet Melestarikan Lingkungan adalah Misi Khalifah

Alhamdulillah. Iseng-iseng ikut kuis KultuWeet yang diselenggarakan oleh @Metro_tv dan @perumperhutani ternyata beruntung mendapatkan hadiah dan cindera mata. Perum perhutani, setiap hari selama Romadhon menentukan tema pilihan yang dengan tema pilihan tersebut, follower @metro_tv dan @perumperhutani diminta untuk merangkai minimal 7 tweet yang sesuai tema. Belakangan saya ketahui dalam acara penyerahan hadiah, yang merancang tema setiap harinya adalah Bpk. Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani. Saya ikut hanya pada edisi 29 Juni 2015 dengan tema “Melestarikan Lingkungan adalah misi khalifah” karena memang temanya sangat menarik buat saya, yang merindukan kembalinya Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah. Berikut 10 Kuliah Tweeter saya yang beruntung.
Share:

28 Juni 2015

Kuliah Twitter AbuBakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Shiddiq
Berikut ini kuliah tweeter yang pernah saya muat di akun twitter @mabsus beberapa waktu yang lain.  Tema seputar mengenal Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu Anhu

1. Kultwit Mengenal #AbuBakar Ash-Shiddiq, #Khalifah prtama. Yg saya ambil dari buku Tarikh Khulafa kry Imam Suyuthi
2. Nama Asli #AbuBakar = Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah
3. bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, al-Quraisy, at-Tamimi. Nasab #AbuBakar brtemu dg nasab Rasulullah di kakeknya, Murrah.
4. Mnrt Imam Nawawi dlm at-Tahdzib, nama #AbuBakar Ash-Shiddiq adalah Abdullah meruapakan nama yg benar & Masyhur
5. Ada jg yg mnyebut bhw nama #AbuBakar adalah Al-Atiq. Namun mnrut ‘ulama al-Atiq adalah gelar dari #AbuBakar, bkn nama
6. #AbuBakar diglari al-Atiq krn (1)dianggap lepas dr neraka (2)Mmiliki wajah rupawan (3)silsilah ktrunan tdk ada aibnya
Share:
CARI ARTIKEL

Postingan Populer