Blog Mabsus Abu Fatih

31 Desember 2015

Kembalinya Khilafah Menurut Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah

SEBELUMNYA, di web saya ini, telah dimuat tulisan Kembalinya Khilafah Minhajin Nubuwah Menurut Syech Yusuf Qaradhawi. Dan alhamdulillah mendapatkan respon sangat baik dari pembaca, dilihat dari banyaknya pembaca yang membagikan tulisan tersebut. Melengkapi tulisan tersebut, pada kesempatan kali ini saya ingin mengangkat pandangan ulama lain yang juga mempercayai kembalinya kekhilafahan. Ulama yang saya angkat pendapatnya kali ini adalah Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah dalam bukunya Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci[1] terbitan Tiga Serangkai Solo yang merupakan terjemahan dari kitab Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam terbitan Dar As-Salam li Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr, Kairo.
Sebelum mengangkat pendapat beliau terkait kembalinya khilafah, perlu kiranya saya jelaskan sedikit tentang gambaran buku tersebut. Dengan tebal sekitar 464 halaman, buku Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci membahas tanda-tanda datangnya hari kiamat yang terbagi ke dalam 3 pokok bahasan.
Pertama, Tanda-tanda kecil yang meliputi:
  1. Tanda-tanda kecil yang telah terjadi. Yaitu: Pengutusan Muhammad saw dan wafatnya, penaklukkan Baitul Makdis, kematian kaum muslimin secara serempak, harta melimpah dan keengganan menerima sedekah, munculnya fitnah dan peperangan umat Islam, api keluar dari tanah Hijaz, perang melawan Tartar dan Mongol, penaklukan kota Konstantinopel pertama.
  2. Tanda-tanda kecil yang sedang berlangsung. Yaitu : Munculnya nabi palsu, orang miskin Arab berlomba meningggikan rumah, kemaksiyatan merajalela, penyelewengan amanat, ilmu diangkat dan kebodohan merajalela, munculnya fitnah dan kerusakan, maraknya perdagangan dan kesulitan mencari yang halal, waktu bergulir makin cepat, kelemahan kaum muslim dan kehancuran umat.
  3. Tanda-tanda kecil yang belum tampak. Yaitu : Kembalinya kekhalifahan, munculnya al-Mahdi, al-Mahdi dan Isa, penaklukkan konstantinopel yang terakhir, penaklukan Romawi, peperangan India, nikmat dan kesenangan pada jaman al-Mahdi.
Kedua, Tanda-tanda besar yang meliputi: Munculnya Dajjal, kembalinya Isa bin Maryam, keluarnya Yakjuj dan Makjuj, matahari terbit dari barat, keluarnya hewan melata dari bumi, kabut Hitam, lenyapnya al-Qur’an, angin lembut, hancurnya Ka’bah, tiga kali gempa dan api yang menggiring manusia ke Mahsyar.
Ketiga, Pembahasan tentang hari kiamat yang meliputi. Tiupan sangkakala, pengumpulan dan perhitungan serta huru-hara hari akhir.
Jadi, dari skema pembahasan buku tersebut, bisa kita ketahui bahwa penulis, Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah menempatkan kembalinya khilafah sebagai salah satu di antara tanda-tanda kecil kiamat yang belum terjadi.
Agar pesan yang disampaikan utuh, saya salin tulisan tersebut apa adanya sebagaimana tercantum pada halaman 55-59. Selamat membaca. Bagi yang berkenan membagikan saya ucapkanJazakumullahu khoiron katsir. Mabsus Abu Fatih, @mabsus

Tanda-Tanda Kecil yang Belum Tampak

Kembalinya Kekhalifahan
Dari Hudzaifah r.a, Rasulullah saw. Bersabda, “Akan terjadi kenabian pada kalian jika Allah menghendaki, kemudian Allah akan meninggikannya jika Dia menghendakinya. Kekhalifahan pun akan terjadi dengan cara kenabian jika Allah menghendaki, lalu Allah akan meninggikannya jika Dia menghendakinya, kemudian akan muncul raja untuk selamanya jika Allah menghendaki, dan Dia pun akan meninggikannya jika menghendakinya, serta akan muncul pula raja yang memaksa jika Allah menghendaki, lalu Dia akan meninggikannya jika menghendakinya. Setelah itu akan terjadi lagi kekhalifahan dengan cara kenabian, kemudian berhenti.” (HR Ahmad dishahihkan oleh Al-Iraqi. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Bazar dan Ath-Thayalisi, kemudian diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Ausath, dan oleh Al-Haitsami dikatakan bahwa sanad hadis ini tsiqat).[2]
Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. Bersabda, “Awal perkara ini adalah kenabian dan rahmat, kemudian menjadi kekhalifahan dan rahmat, lalu menjadi kerajaan dan rahmat, kemudian menjadi tanda dan rahmat, dan setelah itu mereka menggigit bibir hingga membekas sebagaimana keledai bertakadum (zaman belenggu)[3]. Oleh karena itu hendaklah kalian berjihad, dan sebaik-baik jihad kalian adalah pertalian (persaudaraan), dan sebaik-baik persaudaraan kalian adalah menyatukan negeri Asqalan.” (HR Ath-Thabrani dalam kitab Al-kabir).
Semua yang disebutkan Rasulullah itu telah terjadi. Sekarang kita berada pada zaman raja yang memaksa (sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Hudzaifah), pada zaman yang membelenggu (sebagaimana disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas), dan kita sedang menunggu kembalinya kekhalifahan. Hadis ini menunjukkan desintegrasi sebagian negara-negara Islam di berbagai penjuru, tetapi tidak membatasi jumlah khalifah yang sedang ditunggu-tunggu itu. Kata “kekhalifahan” tidak bermakna satu khalifah, tetapi menunjukkan periode yang sesuai dengan sifat-sifat itu, dengan dalil bahwa Khulafa’ Ar-Rasyidin yang pertama terdiri atas empat Khalifah, sedangkan raja selamanya dan yang memaksa tidak terbatasi. Lalu apakah yang dimaksud dengan khalifah di sini adalah Al-Mahdi dan yang datang sesudahnya? Apakah khalifah itu justru muncul sebelum Al-Mahdi?
Dari teks-teks tersebut –jika Al-Mahdi adalah khalifah yang diselawati oleh Al-Masih, dan pasti akan datang-maka ada kekhalifahan yang mendahuluinya, bertempat di bumi suci (Palestina) dan beribu kota di Quds (Yerusalem), kemudian muncul Al-Mahdi. Wallahu a’lam.
                Dari Ummu Salamah r.a, Rasulullah saw. Bersabda, “Perselisihan akan terjadi ketika khalifah meninggal, lalu keluarlah seorang penduduk Medinah menuju Mekah. Ia akan didatangi seorang penduduk Mekah, lalu penduduk Mekah pun mendatanginya, sedangkan ia tidak suka, kemudian mereka membaiatnya di antara Rukn dan Maqam.” (HR Abu Daud)[4]
                Tidak diragukan lagi bahwa orang yang dibaiat antara Rukn dan Maqam itu adalah Al-Mahdi. Teks hadis telah memberitahukan terjadinya perselisihan setelah kematian khalifah. Artinya, hal ini menunjukkan adanya khalifah sebelum terjadinya perselisihan dan pada akhir masanya akan terjadi permusuhan, kemudian Al-Mahdi datang untuk menegakkan keadilan di dunia, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz – Khulafa’ Ar-Rasyidin kelima-setelah baiatnya disahkan.
Abdullah bin Hiwalah Al-Azadi berkata, “Rasulullah saw. Meletakkan tangannya di atas kepalaku sambil berkata, “Wahai Ibnu Hiwalah, jika engkau melihat khalifah telah turun di bumi suci (Palestina) maka bencana, kekacauan, dan perkara-perkara besar telah dekat. Pada hari itu kiamat lebih dekat kepada manusia daripada tanganku ke kepalamu.” (HR Abu Daud)[5]
Hadis ini menunjukkan ibu kota kekhalifahan tersebut bertempat di Quds yang terletak di Palestina karena bumi suci itu adalah Palestina sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 21, sedangkan berkahnya berada di Masjidil Aksa sebagaimana diteranggkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 2, dan kekhalifahan ini belum terjadi.
Dari Mu’adzd bin Jabal, Rasulullah saw. bersabda, “Pembangunan Baitul Makdis adalah kehancuran Yatsrib (Medinah), dan kehancuran Yatsrib adalah munculnya peperangn, sedangkan munculnya peperangan itu adalah penaklukan Konstantinopel, dan penaklukannya adalah tanda munculnya Dajjal.” (HR Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majah)[6]
Setiap tanda tersebut dijadikan pedoman bagi yang lainnya. Pembangunan Baitul Makdis disertai dengan menjadikannya ibu kota kekhalifahan Islam, ketika Dajjal keluar, Al-Masih pun turun untuk membunuhnya, dan ketika Al-Mahdi datang, Al-masih mengucapkan selawat kepadanya.
Muhammad bin Hanafiah berkata, “Akan datang seorang khalifah dari Bani Hasyim ke Baitul Makdis. Ia akan menegakkan keadilan di bumi, lalu membangun Baitul Makdis dengan bangunan yang belum pernah ada sebelumnya, dan ia memimpin selama empat puluh tahun, kemudian terjadi perdamaian dengan bangsa Romawi selama tujuh tahun pada sisi kekhalifahannya, tetapi mereka mengkhianatinya bahkan membunuhnya di Amq, dan ia pun mati secara menyedihkan. Setelah itu muncul seorang laki-laki dari Bani Hasyim. Ia akan menghancurkan mereka dan menaklukkan Konstantinopel dengan tangannya, kemudian berjalan menuju Romawi dan menaklukkan lalu mengeluarkan harta mereka dan menguasainya. Pada zaman inilah Dajjal akan keluar dan Isa bin Maryam turun, lalu mengucapkan selawat kepada laki-laki dan Bani Hasyim tersebut. (Diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hamad dalam al-Fitan)[7]
Secara jelas, teks-teks hadis ini menunjukkan bahwa antara kita dan Al-Mahdi adalah batas waktu yang tidak tentu. Negara Zionis (yang sekarang) akan jatuh dengan izin Allah, Quds menjadi ibu kota kekhalifahan yang ditunggu-tunggu, dan Yahudi akan terpecah, lalu mereka bersatu lagi dan kembali bersama Dajjal untuk membunuh khalifah.
Miqdad bin Al-Aswad berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Tidak akan tersisa di atas bumi ini rumah dari tanah liat, kecuali Allah memasukkan kalimat Islam di dalamnya, Dia akan memuliakan (rumah) dan menghinakannya, Barangsiapa yang memuliakan Allah, Dia akan menjadikan mereka sebagai ahlinya, atau Dia menghinakan mereka maka mereka pun menjadi hina dengannya.” (HR Ahmad). Hadis ini mengisyaratkan adanya Jizyah dan isyarat lain yang menyebutkan bahwa hal ini terjadi sebelum turunnya Al-Masih karena ia tidak menerima jizyah dari seorang pun. [] Mabsus Abu Fatih, @mabsus
___________________________________________________
Catatan Kaki:
[1] Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci, (Solo : Tiga Serangkai, Cetakan Ketiga tahun 2008)
[2] Dalam catatan kaki hal. 105, disebutkan “Nua’aim bin Hamad juga meriwayatkan dalam al-Fitan,hadis nomor 81, “lalu terjadi ftinah, kemudian terjadi jama’ah (bersatu), terjadi fitnah lagi, terjadi jama’ah lagi, kemudian terjadi fitnah yang dapat membengkokkan akal manusia.”
[3] Dalam catatan kaki buku, disebutkan bahwa Al-Kadm maksudnya menggigit bibir bagian bawah. Pekerjaan ini biasa dilakukan keledai.
[4] Dalam catatan kaki disebutkan bahwa menurut Abdul Qadir dalam Jami’ Al-Ushul 10/27 bahwa hadis ini hasan.
[5] Dalam catatan kaki disebutkan “Jami ‘Al-Ushul 10/402
[6] Dalam catatan kaki disebutkan “Dalam Jami’ Al-Ushul 10/414 sanad hadis ini dhaif”
[7] Al-Fitan, Hadis no. 1200
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih berkenan memberikan komentar

CARI ARTIKEL

Postingan Populer