Mempelajari siroh nabawiyah
merupakan perkara yang penting. Ada sebagaian ulama yang menyatakan bahwa siroh
merupakan salah satu perkara terpenting dalam agama. Ada juga yang menyatakan
bahwa mengabaikan siroh akan menjadi sebab kerusakan umat islam. Bahkan ada
yang menganggap bahwa menjaga siroh sama dengan menjaga agama. Berikut ini
beberapa pendapat ulama yang menyatakan pentingnya siroh nabawiyah.
Dr. Muhammad Rawas
Qal’ahji dalam Syakhshiyah Muhammad SAW menyampaikan,
“Meneladani dan terikat dengan sirah ini merupakan bukti kecintaan hamba kepada
Allah. Cinta kepada Allah menuntut hamba –yang menjadikan sirah Rasul sebagai
teladan- agar terikat dengannya.”[1]
Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani dalam Syakshsiyah Islam Jilid I menyampaikan,
"Sirah merupakan perkara terpenting yang harus diperhatikan oleh kaum
Muslim, karena mencakup pemberitaan tentang perbuatan, perkataan, diam serta
sifat-sifat Rasul. Semuanya merupakan tasyri’ sebagaimana al-Quran. Sirah
merupakan salah satu materi tasyri’. Sirah merupakan bagian dari hadits, dan
apa saja yang shahih dalam sirah Nabi saw, baik secara riwayat ataupun dirayah dianggap
sebagai dalil syara’, karena termasuk bagian dari sunnah."
Imam Ibnu Qayyim
al-Jauziyah mengindikasikan bahwa pengabaian terhadap siroh nabawiyyah akan
menjadi sebab kerusakan umat. Dalam Kelengkapan Tarikh Rasulullah beliau
menyampaikan, "Umat sekarang ini sudah enggan mempelajari sirah Nabi.
Orang yang membuka pintu ilmu untuk mempelajari hal ini juga sudah hampir tidak
ada. Akibatnya, posisi ilmu bermanfaat dan yang dapat menjamin kebahagiaan
jugah sudah disisihkan ke sudut-sudut kehidupan, sehingga tidak lagi perlu
untuk diperhitungkan. Lisan seorang ulama sudah penuh dengan kepalsuan yang
dirancang untuk menguasai orang-orang yang bodoh. Di mana-mana terjadi penyimpangan"[3]
Prof. Dr. Syamsul Nizar,
M.A dan Dr. Zainal Effendi Hasibuan, M.A., dalam Hadis Tarbawi menyampaikan,
“Kajian tentang profil Rasulullah sebagai pendidik ideal merupakan kajian yang
sangat urgen untuk dikaji. Hal tersebut disebabkan posisi pendidik dalam
pengelolaan dan pengembangan pendidikan berada di garda terdepan. Tanpa
keberadaan pendidik, proses pendidikan tidak berarti apa-apa. Untuk
mewujudkan pendidik profesional berdasarkan ruh-Islam, perlu melihat sisi
kehidupan atau profil Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat
al-hasanat dan rahmat lil-‘alamin.[4]
Semoga pandangan para ulama tersebut di atas, memberikan motivasi bagi kita untuk giat dan peduli mempelajari siroh nabawiyah.
Tangerang, 21 Agustus 2017
Mabsus Abu Fatih
[1] Dr. Muhammad
Rawwas Qal’ahji, Syakhshiyah Muhammad SAW, Penerjemah Uwais
al_qarni, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), hal. 2
[2] TTaqiyuddin an-Nabhani, Syakhshiyah Islam
Jilid I, Penerjemah Zakia Ahmad, Lc, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003), hal. 494
[3] Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kelengkapan Tarikh RasuluLlah, (Jakarta: Pustaka
al-kautsar, 2013), hal. 11
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih berkenan memberikan komentar